5 Tips Meningkatkan Skill Desain

Desain grafis merupakan sebuah profesi yang sangat menantang, dinamis, dan (yang paling penting) menyenangkan untuk dilakukan. Menjadi desainer grafis tidak semudah yang dibayangkan. Project-nya variatif, butuh mental, ketekunan, fokus, wawasan, bahkan kesabaran yang ekstra tinggi. Bagi kamu yang ingin meningkatkan skill/kemampuan desain kamu di bidang ini, ada beberapa tips yang diharapkan bermanfaat. Tips-tips ini merupakan esensi lahirnya sebuah rancangan grafis yang fungsional dan memiliki kedalaman. 




1) Learn the Basic!


Salah satu cara terbaik untuk meningkatkan kualitas desain kamu adalah belajar prinsip-prinsip dasar dalam desain grafis. prinsip-prinsip tersebut adalah fondasi dasar. Jika fondasinya sudah benar, selebihnya akan mengalir dengan sendirinya. Diantara hal-hal dasar yang harus dipelajari adalah mengenal bentuk, tata letak, proporsi, keseimbangan (balance), kesatuan (unity), pengulangan (repetation), maupun teori-teori persepsi seperti gestalt, dll.

Prinsip-prinsip dasar tersebut merupakan hal ilmiah yang ditemukan melalui eksperimen orang-orang terdahulu. Pada desain grafis, prinsip dan pengetahuan dasar menyentuh aspek-aspek vital seperti fungsi dan estetika.


2) Berfokus kepada Tujuan


Karya grafis adalah rancangan yang mengedapankan fungsi/tujuan. Maka penting bagi desainer grafis untuk selalu mengedepankan tercapainya fungsi. Seringkali kebanyakan dari kita terlalu terfokus kepada nilai estetis atau keindahan sehingga lupa kepada fungsi. Sehingga tidak jarang sebuah output karya grafis penuh sesak oleh elemen-elemen yang dianggap bakal membuat karya menjadi lebih estetis/indah, pada saat yang sama elemen-elemen itu malah merusak fungsi utama karya grafis yaitu menyampaikan pesan dan informasi.


3) Manajemen Waktu 


Sebuah rancangan yang baik tentu saja butuh waktu untuk diwujudkan. Project desain yang terburu-buru membuat kita melupakan detail-detail kecil yang sangat berpengaruh. Solusi terbaik adalah memberikan deadline yang realistis, kemudian mengedukasi klien melalui proses yang harus dilalui untuk mewujudkan hasil kerja yang maksimal. .


4) Keep It Simple, Stupid! (KISS)


"Keep It Simple, Stupid!" adalah kalimat yang populer dikalangan creative professional. Intinya adalah menekankan pentingnya kesederhanaan dalam sebuah karya, apapun itu. Output yang sederhana akan lebih mudah dimengerti. Ini juga terkait dengan bagaimana membuat karya grafis menjadi fungsional.


5) Mendalami Proses


Setiap bidang desain grafis seperti layout, ilustrasi, dan digital imaging masing-masing membutuhkan proses yang berbeda dalam pengerjaannya. Belajarlah untuk menemukan tehnik dan proses kerja yang baik, baik itu dari desainer senior, di komunitas, buku, internet, dll. Proses yang tepat tidak hanya menjadikan pekerjaan menjadi lebih efisien, tapi juga memberi ruang bagi desainer untuk fokus menjaga kualitas sebuah karya.



Posted by
DesignerEditor

More

Portfolio

Ini yang saya buat selama tiga bulan terakhir ini (dari bulan Januari 2013 sampai Maret) sebagai seorang Graphic Designer. Semoga berkenan.

Cekidot, kak!


Terimakasih :)

Posted by
DesignerEditor

More

Anak yang Gampang Stres, Gampang Pula Jadi Gemuk

Jakarta, Mengajari anak untuk selalu sabar menghadapi stres tidak hanya bagus untuk kesehatan jiwanya. Secara fisik, kemampuan mengelola stres juga bisa mencegah anak menjadi gemuk. Setidaknya, itulah yang terungkap dalam penelitian terbaru.

Penelitian yang dilakukan di Pennsylvania State university dan John Hopkins University tersebut mengungkap bahwa anak yang mudah stres lebih berisiko untuk gemuk. Kecenderungan untuk mengonsumsi makanan tinggi kalori cenderung meningkat karena stres.

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa beberapa anak yang berisiko menjadi gemuk bisa diidentifikasi dari respons biologis terhadap stressor (penyebab stres)," kata Prof Lori Francis yang melakukan penelitian tersebut seperti dikutip dari Sciencedaily, Senin (18/2013).

Dalam penelitiannya, Prof Francis melakukan pengamatan terhadap 43 anak usia 5-9 tahun berikut para orang tuanya. Para partisipan dihadapkan pada situasi yang membangkitkan stres, termasuk di antaranya disuruh pidato dan mengerjakan soal matematika.

Setelah dirasa mulai stres, para partisipan diperiksa ludahnya. Dari pemeriksaan air ludah tersebut, para ilmuwan mengamati dan membandingkan kadar kortisol yang selama ini dikenal sebagai hormon stres karena diproduksi saat tubuh mengalami stres.

Sesudah itu, para partisipan dipersilakan untuk makan dengan ketentuan semua orang bebas memilih menu dan porsinya sesuka hati. Para peneliti lalu membandingkan hasil pemeriksaan air ludah dengan hasil pengamatan terhadap menu dan porsi makan para partisipan.

Hasilnya, anak-anak yang memiliki kadar kortisol lebih tinggi cenderung mengonsumsi makanan dengan kandungan kalori lang juga lebih tinggi. Artinya, makin mudah si anak mengalami stres maka risiko untuk makan berlebihan dan akhirnya menjadi gemuk juga meningkat.


(up/vit)

Posted by
DesignerEditor

More

Jakarta, Mengajari anak untuk selalu sabar menghadapi stres tidak hanya bagus untuk kesehatan jiwanya. Secara fisik, kemampuan mengelola stres juga bisa mencegah anak menjadi gemuk. Setidaknya, itulah yang terungkap dalam penelitian terbaru.

Penelitian yang dilakukan di Pennsylvania State university dan John Hopkins University tersebut mengungkap bahwa anak yang mudah stres lebih berisiko untuk gemuk. Kecenderungan untuk mengonsumsi makanan tinggi kalori cenderung meningkat karena stres.

"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa beberapa anak yang berisiko menjadi gemuk bisa diidentifikasi dari respons biologis terhadap stressor (penyebab stres)," kata Prof Lori Francis yang melakukan penelitian tersebut seperti dikutip dari Sciencedaily, Senin (18/2013).

Dalam penelitiannya, Prof Francis melakukan pengamatan terhadap 43 anak usia 5-9 tahun berikut para orang tuanya. Para partisipan dihadapkan pada situasi yang membangkitkan stres, termasuk di antaranya disuruh pidato dan mengerjakan soal matematika.

Setelah dirasa mulai stres, para partisipan diperiksa ludahnya. Dari pemeriksaan air ludah tersebut, para ilmuwan mengamati dan membandingkan kadar kortisol yang selama ini dikenal sebagai hormon stres karena diproduksi saat tubuh mengalami stres.

Sesudah itu, para partisipan dipersilakan untuk makan dengan ketentuan semua orang bebas memilih menu dan porsinya sesuka hati. Para peneliti lalu membandingkan hasil pemeriksaan air ludah dengan hasil pengamatan terhadap menu dan porsi makan para partisipan.

Hasilnya, anak-anak yang memiliki kadar kortisol lebih tinggi cenderung mengonsumsi makanan dengan kandungan kalori lang juga lebih tinggi. Artinya, makin mudah si anak mengalami stres maka risiko untuk makan berlebihan dan akhirnya menjadi gemuk juga meningkat.


(up/vit)

Posted by
DesignerEditor

More

Copyright © / Risk?

Template by : Urang-kurai / powered by :blogger